KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN BEBRBASIS STEAM, DIGITAL, ILMU NEUROSAIN DAN BLENDED LEARNING
Pada era pembelajaran abad 21, revolusi industri dan vokasi, kami para pendidik SMK diharuskan untuk memberikan pembelajaran yang efektif, efisien dan kreatif agar dapat membentuk peserta didik yang mampu berpikir kritis, berkolaborasi, berkomunikasi aktif dan kreatif, selain itu juga harus memiliki pribadi yang jujur, disiplin, bertanggung jawab serta kerja keras sebagai bekal peserta didik dalam kehidupan saat ini maupun yang akan datang. Untuk mewujudkan itu semua, pemerintah sudah membantu kami agar selalu update dengan dunia pendidikan saat ini, dengan cara mengadakan berbagai pelatihan untuk para pendidik. Utamanya kegiatan PPG kali ini sangat membantu saya dalam mengupdate ilmu yang saya miliki. Dalam PPG kali ini, kami dikenalkan denga yang namanya blended learning, STEAM, Neurosains dan pembelajaran digital.
Sebelumnya kita telah dikenalkan dengan yang namanya pembelajaran STEAM (Science, Technology, Engineering, Art and Mathematics) yang merupakan suatu pendekatan pembelajaran interdisipliner yang inovatif dimana IPA, teknologi, teknik, dan matematika diintegrasikan pada proses pembelajaran pemecahan masalah dalam kehidupan nyata. Tujuan dari pembelajaran STEAM adalah untuk mengasah tingkat literasi pada peserta didik dan pendidik dalam mencapai tujuannya. Yaitu menciptakan generasi yang kompetitif dan kolaboratif.
Untuk membantu terwujudnya tujuan dari pembelajaran STEAM, maka kita harus selalu berinovasi dalam hal pembelajaran agar dapat dengan mudah dipahami dan diperoleh peserta didik dimanapun. salah satu caranya adalah dengan yang namanya blended learning. Belnded Learning adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan antara pembelajaran online dengan pembelajaran konvensional (tatap muka). Dengan blended learning, peserta didik diharapkan mampu unutk belajar mandir dan penididik diharapkan mampu memberikan model pembelajaran yang juga mengkombinasikan erbagai media teknologi secara online. Dalam pembelajaran ini, Guru dan orangtua memiliki peran yang sama penting, dimana guru berperan sebagai fasilitator dan orangtua berperan sebagai pendukung. Beberapa Model Enriched-Virtual ini sangat cocok digunakan saat pandemi seperti ini, karena kita diharuskan untuk belajar dari rumah masing-masing dan lain waktu mengadakan kegiatan tatap muka baik secara ofline maupun online.
Agar pembelajaran tetap berjalan baik, maka pendidik juga harus berusaha mengembangkan pembelajaran menjadi berbasis digital, sebagai pengalaman belajar peserta didik yang menekankan instruksi berkualitas tinggi dan menyediakan akses ke konten yang menantang dan menarik, umpan balik melalui penilaian formatif, peluang untuk belajar kapan saja dan di mana saja, dan instruksi individual untuk memastikan semua peserta didik mencapai potensi penuh mereka. Dalam hal pemanfaatan pembelajaran digital, setidaknya ada 3 potensi atau fungsi pembelajaran digital yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai alat komunikasi, alat mengakses informasi, dan alat pendidikan atau pembelajaran. Terkait dengan ragam pemanfaatan Pembelajaran Digital, ada beberapa aplikasi yang dapat diintegrasikan dan dimanfaatkan dalam kelas digital, diantaranya adalah penggunaan mobile learning atau m-learning, pemanfaatan media sosial seperti Facebook, Instagram, Youtube, Snapchat, Twitter, Whatsapp, Line, dsb. Pemanfaatan pembelajaran berbasis permainan, serta pemanfaatan Cloud Computing seperti google drive.
Selain penggunaan berbasis teknologi, pembelajaran juga perlu memperhatikan kecerdasan peserta didik agar merangsang kemauan untuk belajar. Maka pendidik perlu mempelajari ilmu Neurosains, karena belajar adalah proses membangun dan mengubah koneksi-koneksi dan jaringan-jaringan saraf (sinaptik). Dengan menggunakan lima tahap pembelajaran yaitu:
(1) Tahap persiapan, merupakan tahap pemberian kerangka kerja bagi pembelajaran baru dan mempersiapkan otak peserta didik dengan koneksi-koneksi yang memungkinkan. Kegiatan persiapan belajar dapat dilakukan dengan beberapa strategi diantaranya yaitu; membuat peserta didik tertarik dan senang dengan proses kegiatan belajar yang akan dilakukan, melakukan presentasi visual garis besar keseluruhan materi pelajaran yang akan dipelajari, dan menjelaskan kaitan topik materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari, serta menjelaskan manfaat dan pentingnya topik yang dipelajari.;
(2) Tahap akuisisi adalah, tahap penciptaan koneksi dimana neuron-neuron dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Koneksi antar neuron akan terbentuk ketika pengalaman belajar yang dialami peserta didik bersifat baru dan koheren (berhubungan) dengan materi yang pernah dipelajari. Kegiatan Akuisisi dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran yang bervariasi diantaranya melalui kegiatan diskusi, pembelajaran dengan memanfaatkan media visual, stimulasi lingkungan, pengalaman praktis seperti percobaan-eksperimen atau simulasi, kegiatan manipulatif, video refleksi, proyek-proyek kelompok, dan aktivitas berpasangan.
(3) Tahap elaborasi (tahap koreksi kesalahan & pendalaman), merupakan tahap untuk memastikan apakah materi yang dikuasai peserta didik adalah ilmu yang benar dan akurat. Seperti tanya jawab terbuka tentang kegiatan simulasi yang telah dilakukan, presentasi dan diskusi kelas hasil eksperimen peserta didik, pemberian umpan balik, pemberian koreksi terhadap hasil diskusi kelas jika terjadi miskonsepsi, dan penegasan pemahaman peserta didik melalui presentasi visual yang menarik atau pemutaran video, dan lain sebagainya, yang dilanjutkan dengan meminta peserta didik untuk membuat peta konsep (peta pikiran) atau menyusun soal pertanyaan terkait materi yang telah dipelajari.
(4) Tahap formasi memori, merupakan tahap merekatkan ikatan koneksi antar neuron agar lebih kuat, diantara dapat dilakukan dengan cara menyediakan waktu khusus untuk peserta didik melakukan perenungan terkait materi yang baru selesai dipelajari, menyediakan area untuk peserta didik mendengarkan musik, serta mengajak peserta didik untuk melakukan peregangan dan latihan relaksasi.
(5) Tahap integrasi fungsional (penggunaan yang diperluas). Seperti presentasi, saling bertanya dan evaluasi, merefleksikan dalam bentuk naskah atau artikel
Kesimpulan dari apa yang saya tuliskan diatas adalah semua bentuk pembelajaran sangatlah penting, dan kita sebagai pendidik diminta untuk merencanakan, memilih dan membuat hal-hal yang menarik dan inovatif dengan model pembelajaran blanded learning yang mengkolaborasikan dengan teknologi atau pembelajaran berbasis digital, agar pembelajaran lebih bervariasi, kreatif, inovatif dan juga mudah dipahami oleh peserta didik (menerapkan ilmu neurosains), sehingga dapat menggugah peserta didik menjadi lebih kompetitif dan kolaboratif yang merupakan tujuan dari Pembelajaran STEAM
By Iffa Nurmutia Khalim, S.Kom
Komentar
Posting Komentar